Sejarah Berkembangnya Perjudian Di Indonesia

Sejarah Berkembangnya Perjudian Di Indonesia

sejarahdunia.web.id Pada artikel kali ini kami akan memberikan artikel mengenai  Sejarah Berkembangnya Perjudian Di Indonesia. Berikut ini artikel yang memberikan ulasan dan pembahasan mengenai Sejarah Berkembangnya Perjudian Di Indonesia

Sebelum populer seperti sekarang ini, praktik perjudian memiliki sejarah yang panjang. Dalam menelusuri sejarah perjudian, tidak diketahui secara pasti sejak kapan manusia sudah melakukan perjudian. Sebab bermain judi sudah dikenal sejak beribu ribu tahun yang lalu. Meski dulu dimainkan dengan menggunakan alat alat yang lebih sederhana namun tetap menyelipkan unsur taruhan didalamnya.

Praktik judi berkembang pada saat dan juga cara yang berbeda beda pada setiap wilayah, tak terkecuali di Nusantara. Oleh karena itu, saat ini kita akan membahas mengenai sejarah perjudian di Indonesia mulai dari perkembangaannya sampai saat ini.

Sejarah Judi Di Indonesia
Bila pada postingan sebelumnya sudah diceritakan sejarah domino, kini kita simak sejarah perjudian di Indonesia. Diketahui bahwa perjudian sudah dipraktekkan bahkan sebelum zaman prasejarah. Mungkin kamu pernah mendengar cerita Mahabharata yang mengisahkan tentang Pandawa yang kalah berjudi. Karena kekalahannya dalam berjudi dengan Kurawa, ia harus rela kehilangan kerajaannya. Bukan hanya itu, ia juga diasingkan kedalam hutan selama 13 tahun lamanya. Lalu bagaimana praktik perjudian pada zama dulu?

Awal Berkembangnya Perjudian Di Indonesia
Diketahui dulu, yang memainkan perjudian adalah para dukun. Pada masa itu dukun dukun banyak diandalkan untuk membuat ramalan tentang kejadian atau musibah musibah yang akan datang. Dalam melakukan ramalannya, seorang dukun akan menggunakan alat alat seperti tongkat, batu bahkan tulang hewan. Nantinya alat alat itu akan dilemparkan ke udara, ada juga yang melemparkannya kedalam sebuah mangkok.

Kejadian yang akan datang dapat diramal. berdasar letak jatuhnya alat alat yang digunakan tadi. Inilah yang menjadi salah satu cikal bakal perjudian, dimana kita menebak posisi jatuh atau mendaratnya sebuah benda. Hal ini dapat dikatakan cukup mirip dengan permainan roulette, bedanya bola roulette tidak dilempar, melainkan di putar sampai berhenti.

Perjudian Di Indonesia Pada Masa Kolonial
Pada masa ini, permainan perjudian di Indonesia tentunya semakin beragam dengan kedatangan pedagang pedagang dari China maupun Eropa. Para pedagang ini turut serta membawa permainan taruhan favorit mereka seperti judi kartu, dadu dan domino. Pada tahun 1620 dimana saat VOC berkuasa di tanah Nusantara, mereka mencari cari cara yang dapat memberikan mereka keuntungan. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan mengizinkan orang Tionghoa untuk membuka rumah judi. Mereka diijinkan membukanya baik di dalam ataupun luar kota Batavia (Jakarta).

Kapitan Tionghoa yang menjabat pada masa itu adalah Souw Beng Kong. Selain diberi kebebasan untuk membuka rumah judi, ia juga harus mengawasi setiap rumah judi yang ada saat itu. Disamping kedua tugas tersebut, ia juga memiliki tempat yang berfungsi untuk pembuatan koin. Serta rumah timbang yang di fungsikan untuk mengukur barang barang miliki orang Tionghoa.

Meski di tugaskan untuk mengawasi setiap rumah judi, Souw Beng Kong dan sekretarisnya ternyata tidak di gaji. Melainkan mereka berhak menerima 20% dari pajak yang ditarik oleh VOC dari setiap rumah judi. Mayoritas pemain judi pada masa itu adalah para kuli dan juga budak yang ketagihan dalam bermain judi. Permainan yang dimainkan pada saat itu meliputi judi dadu, judi kartu, sabung ayam, po dan capjiki yang diperkenalkan orang Tionghoa. Diperkirakan satu rumah judi membayar sampai dengan 6000 pound sterling atau sekitar 114 juta rupiah kepada VOC setiap bulannya.

Populernya Judi Lotre
Membahas sejarah perjudian di Indonesia tidak akan lengkap rasanya bila kita tidak memasukkan permainan lotre. Pada masanya judi lotre ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena menawarkan hadiah yang sangat besar dengan modal minim. Bahkan sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menggemari permainan ini, hal ini terbukti dengan ramainya situs togel online.Lotre pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1960-an. Tak butuh waktu lama, permainan ini dapat langsung memikat minat masyarakat Indonesia. Terbukti dengan banyaknya lotre yang bereda saat itu, sebut saja toto raga, nalo (Nasional Lotre) dan lotre buntut.

Baca Juga : Sejarah Jam Tangan

Dilegalkannya Perjudian Di Jakarta
Sejarah perjudian di Indonesia kemudian berlanjut pada masa pemerintahan gubernur Ali Sadikin di Jakarta. Sebenarnya saat itu perjudian masih illegal seperti sekarang ini, namun Ali Sadikin melegalkannya untuk alasan pembangunan. Dalam UU No. 11 tahun 1957 mengijinkan pemda untuk memungut pajak izin perjudian. Namun izin perjudian hanya dapat diberikan kepada pengusaha China sebab perjudian dianggap merupakan budaya yang didatangkan dari China. Ali Sadikin yang merupakan gubernur Jakarta saat itu merupakan orang pertama yang mengambil langkah ini. Ia memberikan izin kepada Apyang dan Yo Putshong untuk membuka casino. Barulah sejak saat itu masyarakat yang bermain judi dengan sembunyi sembunyi mulai muncul kepermukaan tanpa rasa takut.

Keputusan ini bukannya tidak ada yang mengecam. Meski dikecam oleh kaum Muslim saat itu, namun dampak finansial yang diberikan atas keputusan itu sangat jelas. Pada awal masa jabatan Ali Sadikin, anggaran pembangunan DKI hanya sebesa 66 juta. Pasca keputusan melegalkan judi itu, anggaran langsung melonjak naik lebih dari 1000% mencapai 89 miliar rupiah dalam tempo 10 tahun. Lalu kemanakah uang uang tersebut? Uang tersebut digunakan untuk membangun sekolahan, rumah sakit, perbaikan jalan dan infrastruktur lainnya. Bahkan sampai akhir masa jabatan Ali Sadikin, pemda Jakarta masih menyimpan tabungan 17 miliar rupiah.

Meski memberikan hasil yang positif pada pembangunan Jakarta namun hasil yang sama tidak diterima lotre buntut. Sebab pada tahun 1965, Presiden Soekarno menyatakan lotre tersebut harus masuk kedalam kategori subversi sebab dinilai merusak moral bangsa. Kesuksesan perjudian dalam membangun infrastruktur di Jakarta ingin dicoba oleh daerah daerah lain. Pada tahun 1960 terdapat Lotre Totaliastor atau yang sering disingkat Lotto. Lotre yang dikeluarkan secara resmi oleh pemda Surabaya itu bertujuan untuk pemungutan dana perihal penyelenggaraan PON VII di Surabaya

Permainan Lotre Pada Masa Orde Baru
Sejak saat itu banyak lotre lotre yang bermunculan dan digemari oleh masyarakat. Sampai pada tahun 1974 dimana lotre Toto KONI dihapus atau dilarang oleh pemerintah. Sejak saat itu pemerintah mulai serius dalam menangani mengenai fenomena ini. Mentri Sosial saat itu memikirkan cara agar permainan judi menjadi sebuah bentuk undian tanpa dibumbui dengan unsur judi. Dibutuhkan waktu lama untuk merelasikan hal ini, tepatnya 7 tahun. Depsos menginginkan pembagian hasil lotre menjadi 50 persen untk pemerintah, 30 persen untuk penyelenggara dan 20 persen untuk pemenang. Namun Soeharto yang memerintah saat itu tidak dapat merealisasikan hal tersebut dan meminta untuk mempelajari hal tersebut lebih mendalam lagi.

Berikutnya pada 28 Desember 1985 Kupon Berhadiah Porkas Sepak Bola beredar. Tujuan utama dari kupon ini adalah untuk menunjang pembinaan serta pengembangan prestasi dibidang olahraga. Kupon ini dapat direalisasikan karena UU No. 22 tahun 1954 mengenai undian, dengan catatan tidak mengakibatkan keburukan sosial di masyarakat.

Kupon Porkas ini jauh berbeda dengan permainan togel lainnya. Sebagai contoh, kupon porkas tidak berisi tebakan angka melainkan menebak suatu pertandingan sepakbol apakah menang, seri atau kalah. Selain itu kupon ini hanya tersebar sampai ketingkat kabupaten dan anak berusia 17 tahun kebawah dilarang memainkan atau mengedarkannya. Tentu kelihatan kalau kupon Porkas ini jauh berbeda dengan Toto KONI yang tidak terlalu berbelit belit dan bebas diedarkan. Hal ini untuk meminimalisir kemungkinan terjadikan keburukan sosial di masyarakat, sehingga dibuatlah segala peraturan tersebut.

Kupon Porkas Diganti Menjadi Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah
Baru pada tahun 1987 kupon Porkas diubah namanya menjadi KSOB atau Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah. Mekanismenya juga sedikit diubah, dalam SOB Kali ini terbagi dalam 2 kupon dengan cara bermain yang berbeda. Pada kupon pertama tidak lagi sekedar menebak menang seri atau kalau, namun juga skor pertandingan. Kemudian untuk kupon kedua terdapat tebakan bola dan juga tebakan huruf. Dalam waktu 1 tahun saja, Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah ini dapat mengumpulkan dana masyarakat sebesar 221,2 miliar rupiah.

Melihat hal ini, Fraksi karya pembangunan serta fraksi persatuan pembangunan menentang kupon ini. Kupon ini diindikasi mengakibatkan dampak buruk terutama untuk masyarakat dipedesaan dan memperburuh perekonomian daerah. Lalu pada pertengahan tahun 1988, Mensos kembali mengumumkan kalau KSOB dan juga TSSB telah mengumpulkan dana sebesar 962,4 miliar rupiah.

KSOB Diganti Menjadi Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah
Tepat pada tanggal 1 Januari 1989, SOB dan TSSB dilarang peredarannyan dan dirubah menjadi SDSB atau Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah. Penggalangan dana SDSB dilakukan dengan berdasarkan pada itikad baik. Sumbangan ini juga terbagi kedalam 2 kupon yang dijual dengan harga berbeda. Kupon A dijual lima ribu rupiah dan menawarkan hadiah 1 miliar rupiah. Sedangkan untuk Kupon B dijual seribu rupiah dan menawarkan hadiha sebesar 3,6 juta rupiah. Dan untuk peredarannya, Kupon A didistribusikan sebanyak 1 juta lembar sedangkan Kupon B mencapai 29 lembar dimana. Berarti total kedua kupon tersebut terdapat 30 juta lembar.

Pajak yang diterima dari kupon tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun pertama 2 miliar kemudian 3 miliar, 4 miliar sampai 8 miliar rupiah. Menilai hal ini kurang sehat untuk perekonomian rakyat, banyak bermunculan aksi anti SDSB yang dipelopori oleh mahasiswa. Protes itu tidak sia sia, dengan dilarangnya peredaran SDSB pada tahun 1994.

Related posts